Juwita, siswi SMK Muhammadiyah Watukelir, gagal masuk 3 besar LKS Sukoharjo 2025, tapi perjuangannya bersama guru pembimbing patut diapresiasi. Inspirasi untuk pantang menyerah!
Dalam dunia pendidikan, kompetisi bukan sekadar tentang meraih kemenangan, tetapi juga tentang proses, pembelajaran, dan dedikasi. Hal ini tercermin dari perjuangan Juwita, siswi SMK Muhammadiyah Watukelir dari program keahlian Manajemen Perkantoran, yang dengan gigih mengikuti Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK se-Kabupaten Sukoharjo. Lomba yang diselenggarakan pada Selasa, 18 Februari 2025, di SMK Prawiramartha Sukoharjo ini diikuti oleh 7 SMK di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Meskipun Juwita tidak berhasil masuk dalam 3 besar, perjuangannya bersama dua guru pembimbing, Ibu Dita Bekti Pramesti, S.Pd, dan Ibu Chomsah Choirotu H., S.Pd, patut diapresiasi dan menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Juwita, dengan tekad yang kuat, telah mempersiapkan diri dengan maksimal untuk menghadapi LKS ini. Dibimbing oleh dua guru yang berdedikasi tinggi, ia menjalani serangkaian latihan dan persiapan yang intensif. Ibu Dita dan Ibu Chomsah tidak hanya memberikan bimbingan teknis terkait manajemen perkantoran, tetapi juga memberikan dukungan moral dan motivasi agar Juwita bisa tampil percaya diri.
Kompetisi ini bukanlah hal mudah. Peserta dari 7 SMK yang turut serta menunjukkan bahwa persaingan sangat ketat. Namun, Juwita tidak gentar. Ia hadir dengan semangat juang yang tinggi, mencurahkan seluruh kemampuan dan pengetahuannya untuk memberikan yang terbaik.
Meskipun hasil akhir tidak menempatkan Juwita dalam 3 besar, hal ini tidak mengurangi nilai dari perjuangannya. Dalam setiap kompetisi, ada pelajaran berharga yang bisa dipetik. Juwita telah membuktikan bahwa keberanian untuk mencoba, kerja keras, dan dedikasi adalah nilai-nilai yang lebih penting daripada sekadar meraih trofi.
Proses persiapan dan partisipasi Juwita dalam LKS ini juga menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya tentang teori di kelas, tetapi juga tentang mengasah keterampilan, menghadapi tantangan, dan belajar dari pengalaman. Ini adalah bekal berharga yang akan membantunya di masa depan, baik dalam dunia kerja maupun kehidupan sehari-hari.
Perjuangan Juwita tidak bisa dilepaskan dari peran dua guru pembimbingnya, Ibu Dita dan Ibu Chomsah. Keduanya telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mendukung Juwita. Dedikasi mereka sebagai pendidik patut diapresiasi, karena mereka tidak hanya mengajar, tetapi juga membimbing dan memotivasi siswanya untuk mencapai potensi terbaiknya.
Selain itu, dukungan dari SMK Muhammadiyah Watukelir juga menjadi faktor penting. Sekolah yang memberikan kesempatan dan fasilitas bagi siswanya untuk berkembang adalah wujud nyata dari komitmen untuk menciptakan generasi yang kompeten dan berkarakter.
Kisah Juwita adalah bukti bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Justru, kegagalan adalah awal dari perjalanan baru yang penuh dengan pelajaran dan peluang. Juwita telah menunjukkan bahwa keberanian untuk mencoba dan kerja keras adalah kunci untuk meraih kesuksesan, meskipun hasilnya tidak selalu sesuai harapan.
Bagi para siswa lainnya, kisah Juwita bisa menjadi motivasi untuk terus berusaha, tidak takut menghadapi tantangan, dan selalu percaya pada proses. Bagi para pendidik, ini adalah pengingat bahwa peran mereka sangat penting dalam membentuk karakter dan kompetensi siswa.
Juwita mungkin tidak membawa pulang piala, tetapi ia telah membawa pulang pengalaman berharga, pelajaran hidup, dan semangat baru untuk terus berkembang. Ia adalah contoh nyata bahwa perjuangan dan dedikasi tidak pernah sia-sia. Selamat kepada Juwita, Ibu Dita, Ibu Chomsah, dan SMK Muhammadiyah Watukelir atas segala usaha dan kerja kerasnya. Teruslah berkarya dan menginspirasi!